Kamis, 08 Januari 2015

Review Film Temani Aku Bunda


Temani Aku Bunda

      Temani aku bunda merupakan sebuah film dokumenter karya Irma Winda Lubis dan Tedika Putri Amanda yang diproduksi oleh Yayasan Kampung Halaman. Film ini dibuat berdasarkan kasus seorang guru yang menyuruh muridnya memberi contekan jawaban UN kepada teman-temannya dan di dedikasikan untuk orang-orang yang ingin berlaku jujur, namun masih dibatasi sistem pendidikan yang tidak mendukung dan untuk merefleksikan banyak hal ketidak sesuaian dengan sistem pendidikan di Indonesia, antara lain:
kondisi anak yang perlu pendampingan, lemahnya guru dalam proses pendidikan, perlunya peran aktif orang tua dalam proses belajar anaknya di sekolah.

Judul                : Temani Aku Bunda
Sutradara         : Tedika Putri Amanda dan Irma Winda Lubis
Naskah            : -
Pemain             : 1. Irma Winda Lubis
                          2. Muhammad Abrary Pulungan
Tahun               : 2012
Durasi              : 84 menit


       Film ini bercerita tentang pengakuan seorang anak Abrar yang diperankan Muhammad Abrary Pulungan  yang merasa gelisah karena disuruh nyontek massal oleh gurunya saat menjelang UN dan Ibunda Abrar  yang diperankan oleh Irma Winda Lubis adalah orang yang cukup getol dan terus bersemangat membawa kasus tersebut kemana-mana untuk mencari penyelesaian.
Abrar dikisahkan sebagai anak yang pandai dikelasnya dan selalu menuruti  apa saja yang dikatakan orang tuanya sedangkan ibunya dikisahkan sebagai seorang ibu yang getol sekali menanmkan kejujuran pada diri anaknya.
    Kisah ini berawal ketika Abrar gelisah saat menjalani Ujian Nasional di sekolahnya dan ia mengaku diminta gurunya untuk ikut dalam kesepakatan dalam kelas. Mereka diperbolehkan kerjasama dan saling bertukar jawaban, dan tak boleh memberitahu siapapun tentang kesepakatan tersebut. Terbiasa oleh pendidikan jujur dari orang tuanya Abrar yang gelisah dengan keadaan sekolahnya melaporkan semua ini kepada Ibunya. Mendengar cerita dari anaknya, sang Ibu, Winda tak kuasa menahan emosi dan meminta sekolah untuk mengakui dan meminta maaf kepada pihak sekolah. Namun pihak sekolah  menutupi kasus ini. Bukannya dukungan yang di dapat, keluarga Abrar malah dikucilkan dari masyarakat. Namun karena Winda tak merasa pihak sekolah kooperatif, ia pun mencoba untuk mengungkap kasus tersebut dengan mendatangi pihak-pihak terkait.
    Adegan-adegan dalam film ini dikisahkan dalam cerita-cerita yang menyayat hati. Akhir cerita dalam film Temani Aku Bunda ini diakhiri dengan kabahagian dan meninggalkan hikmah tersendiri, bagaimana memperjuangkan haknya untuk JUJUR dan mengajarkan bahwa kejujuran butuh keberanian luar biasa dengan mental baja. Film ini sangat cocok untuk anak-anak, orang tua, guru dan pemerintah.Untuk lebih jelasnya silahkan lihat trailer film Temani Aku Bunda di https://www.youtube.com/watch?v=awAnpxYGcho


Review Buku Psikologi Perkembangan Islam



Psikologi Perkembangan Islam

IDENTITAS BUKU
  Judul Buku         : Psikologi Perkembangan Islami
  Pengarang          : Aliah B. Purwakania Hasan
  Penerbit             : PT Raja grafindo Persada
  Tahun Terbit       :2008
  Jumlah Halaman : 369

     Buku karangan Aliah B. Purwakania Hasan, berjudul Psikologi Perkembangan Islami membahas  psikologi dengan sudut pandang Islam dengan menggabungkan antara ayat-ayat kauniyah dengan ayat-ayat qauliyah. Sehingga ada integrasi antara Islam dengan psikologi modern. Hal ini dirasa perlu karena ada beberapa perbedaan antara psikologi perkembangan modern dengan psikologi perkembangan Islami seperi perbedaan cara pandang dan gaya hidup dan kritik metodologi. 
    Buku ini berisi mengenai psikologi perkembangan islami. Ruanglingkup yang dibahas dalam buku ini, yakni :
  1. Paradigma dasar psikologi perkembangan Islam. Berisi prinsip dasar psikologi perkembangan Islami, artinya pertumbuhan dan perkembangan manusia terjadi secara bertahap dan berkesinambungan. Memiliki pola-pola tertentu, ada proses yang harus terjadi.
  2. Faktor-faktor hereditas dalam perkembangan manusia. Faktor ini mempengaruhi intelektual dan kepribadian seseorang.
  3. Perkembangan manusia prakelahiran hingga pasca kematian. Yang meliputi, tahap pra kelahiran (sesuai perspektif Islam maupun perspektif modern/maupun medis)
  4. Perkembangan fisik selanjutnya.
  5. Perkembangan kognitif yang akan terus dialami hingga kematian. Terdapat 3 periode yakni awal kemampuan berfikir, pemikiran berkembang dan pemikiran kematangan.
  6. Perkembangan emosional manusia, bagaimana seseorang mengatur emosinya, perkembangan ekspresi emosi.
  7. Perkembangan sosial pada diri manusia.
  8. Perkembangan bahasa manusia sebagai alat bantu komunikasi sosial.
  9. Perkembangan peran jenis kelamin,   munculnya penggolongan gender, perkembangannya dan apa peran jenis kelamin itu sendiri.
  10. Perkembangan moral. Berisi pentingnya menahan godaan dan berperilaku sesuai moral yang berlaku.
  11. Perkembangan spiritual untuk mencapai dan makna hidup.
  12. Kematian dan kehidupan setelah mati dengan tujuan mempersiapkan orang untuk mengerti dan menyadari kehidupan di dunia.
Untuk menuangkan paradigma tersebut, penulis melakukan pendekatan untuk psikologi Islam adalah gabungan antara metodologi Tafsir al-Quran dan Hadis serta metode ilmu pengetahuan modern pada umumnya denga tujuan untuk menyampaikan pemikirannya tentang psikologi perkembangan islami ini bukanlah sebuah kritik maupun kecaman terhadap arus-arus psikologi yang memang telah mapan. Melainkan lebih kepada memberi wawasan Islam pada konsep-konsep psikologi kontemporer serta memanfaatkan hasil-hasil pemikiran ahli-ahli psikologi aliran kontemporer tersebut dalam usaha peningkatan kesejahteraan manusia
Dengan membaca buku ini, diharapkan para calon pendidik dapat menggunakan strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya kelak. Serta sebagai pegangan bagi orang tua dan pendidik sebab mereka sering kurang mau memahami anak-anak sebagai suatu individu yang unik. Kemampuan anak sering disamaratakan dengan menuntut mereka untuk berprestasi dalam beberapa bidang sekaligus.


ESSAY ''Permasalahan Pendidikan di Indonesia''



Permasalahan Pendidikan di Indonesia 

Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara umum kualitas sumberdaya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta bermoral dan berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan. Hal ini di sebabkan dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup mendasar dan bersifat kompleks. Akan tetapi berdasarkan kenyataan sekarang ini, pendidikan di Indonesia mengalami 2 masalah pokok  yang dihadapi oleh dunia pendidikan, yakni: bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan dan bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun kedalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Banyak dari warga Indonesia belum bisa menikmati pendidikan yang layak. Banyak hal faktor yang mempengaruhinya, diantaranya: biaya pendidikan  yang mahal, hal ini dikarenakan  tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Waulaupun dalam kenyataatnya ada BOS, Pemerataan Pendidikan yang kurang merata. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Padahal dalam UUD 1945 bab XI pasal 17 berbunyi: “Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.” Namun teori ini sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang ada saat ini. Banyak dari mereka yang tidak memilki hak yang sama antara yang satu dengan ang lainnya. Seperti halnya, banyak pendidikan sekarang ini lebih mementingkan seseorang yang memilki kedudukan,dll. Masalah pemerataan pendidikan di Indonesia biasanya yang sering terjadi pada Pendidikan Dasar karena kesempatan memperoleh pendidikannya masih terbatasNamun melihat maslah pemerataan pendidikan diatas, ada beberapa solusi yang bisa menanggulangi hal tersebut, diantaranya: dengan cara inovit, dimana cara ini menggunakan sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau inpact sistem dan diaplikasikan ke beberapa provinsi, seperti: SD kecil pada daerah terpencil, Sistem guru kunjung, SMP terbuka, kejar paket A dan B, dan belajar jarak jauh, seperti di universitas terbuka.
Masalah mutu, efisiensi dan relevansi pendidikan merupakan faktor yang lain. Masalah mutu pendidikan akan timbul apabila hasil pendidikan belum mencapai taraf yang diharapkan. Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu dan yang menjadi pokok permasalah mutu pendidikan ini terletak pada pemprosesan pendidikan, dimana menyangkut komponen pendidikan antara lain anak didik, pendidik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran, dan juga masyarakat sekitar. Namun dari komponen-kompenen tersebut banyak yang belum bisa diharapkan diantaranya mengenai sarana dan prasarana serata pendidik. Di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal banyak sarana dan prasarana yang belum memadai seperti gedung rusak, kurangnya laboraturium, kelas, tidak memiliki perpustakaan, gedung bahkan laboratutium. Hal ini sangat memprihatikan, padahal sarana dan prasaran begian penting untuk menunjang dalam proses pembelajaran. Seperti halnya UMY, sarana dan prasarana dalaam kampus ini sangat kuarang memadai padahal jumlah mahasiswanya banyak dan hal ini sangat tidak sebanding, seharusnya jumalah siswanya banyak sarana dan prasarana harus ditingkatkan seperti membangun gedung kuliah baru, kelas yang kondusif, dll. Selain itu, keadaan guru di Indonesia sangat memprihatinkan karena kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya dan banyak yang dinytakan tidak layak mengajar. Selain itu banyak penempatan guru yang tidak sesuai dengan bidang studinya, sehingga mengalami kepincangan dan sulitnya menjaring tenaga pendidik di daerah yang terpencil. Kemudian masalah pengembanagan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru. Setiap pembaruan kurikulum menuntut adanya penyesuaian dari para pelaksana lapangan. Dapat dikatakan umumnya penanganan pengembanagn tenaga pelaksana di lapangan sangat lambat. Padahal proses pembekalan untuk dapat siap melaksanakan kurikulum baru sangat memakan waktu. Akibatnya terjadi kesenjangan antara saat di rencanakan berlakunya kurikulum dengan saat mulai dilaksanakan.dan pendidikan berlangsung kurang efisien dan efektif. Berdasarkan data diatas, solusi yang bisa diambil adalah pengembangan tenaga pendidikan, sarana dan prasaran yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar, seleksi yang lebih rasional dalam memasuki lembaga pendidikan, dll.
Masalah relevansi pendidikan timbul karena tidak sesuainya sistem pendidikan dengan pembangunan nasional setara kebutuhan perorangan, keluarga, dan masyarakat, baik dalam jangka pendek, maupun dalam jangka panjang. Hal tersebut dapat dilihat angka pengangguran anak setelah lulus dari sekolah. Setiap tahunnya jumlah pengangguran dan anak putus sekolah semakin bertamabah bahkan banyak anak tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
Berdasarkan seluruh penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya, seperti: rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana dan prasarana, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, dsb. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.



tulisan bebas ''Kisah ASMA BINTI ABU BAKAR''

 
ASMA BINTI ABU BAKAR


Asma binti Abu Bakar, adalah putri Abu Bakar dari istrinya, Qutailah binti Abdul Uzza al Amiriyyah yang telah diceraikan semasa jahiliah. Ia lebih tua sepuluh tahun dari adiknya Aisyah RA, salah satu dari Ummahatul Mukminin. Asma' telah dilahirkan 27 tahun sebelum Hijrah. Allah mengurniakannya umur yang panjang, beliau wafat pada tahun ke-73 sesudah Hijrah. Bermakna usianya genap satu abad sejak zaman jahiliyyah hingga ke zaman pemerintahan Bani Umayyah.
Semenjak permulaan Islam, Asma' telah banyak membantu perjuangan Nabi s.a.w bersama ayahnya. Ketika Rasulullah s.a.w dan Abu Bakar r.a dikejar oleh kaum kafir Quraisy, kedua-duanyanya bersembunyi di gua Thur selama 3 hari, maka pada waktu petang Asma' binti Abu Bakar berseorangan diri telah datang ke tempat persembunyian itu untuk membawa makanan dan minuman untuk Nabi s.a.w dan ayahnya Abu Bakar r.a. 
Kaum Quraisy yang kehilangan jejak mereka berdua mendatangi rumah Abu Bakar, begitu pintu dibuka oleh Asma binti Abu Bakar, Abu Jahal berkata, "Dimana ayahmu??"
"Demi Allah, aku tidak tahu dimana ayahku berada…!!" Kata Asma.
Abu Jahal sangat marah dengan jawaban singkat ini, ia mengangkat tangannya dan menampar dengan keras pipi Asma sehingga anting-antingnya terlepas. Setelah itu mereka berlalu dan memerintahkan untuk memblokade  semua jalan keluar dari Makkah.
Tidak lama kemudian, kakeknya Abu Quhafah, ayah dari Abu Bakar, mendatangi cucunya tersebut karena ia mendengar kalau Abu Bakar telah meninggalkan Kota Makkah. Ia khawatir kalau cucu-cucunya terlantar setelah ditinggal pergi ayahnya. Ia menanyakan kepada Asma tentang harta yang ditinggalkan untuk biaya kehidupan mereka. Asma sangat memahami kekhawatiran yang dirasakan oleh kakeknya ini, dan sebenarnyalah Abu Bakar telah membawa hampir semua harta kekayaannya sebanyak 6.000 dirham. Karena ia bersiasat untuk menenangkan hati kakeknya. Ia meletakkan batu kerikil di lubang penyimpanan uang ayahnya dan menutupinya dengan kain. Setelah itu ia menuntun kakeknya yang telah buta tersebut dan meletakkan tangannya di lubang penyimpanan uang sambil berkata, "Inilah harta yang ditinggalkan untuk kami, Kakek!!"
Abu Quhafah meraba kerikil yang tertutup kain dalam lubang penyimpanan, dan menganggapnya sebagai  uang dirham yang cukup banyak.  Karena itu ia berkata, "Baguslah kalau ia meninggalkan ini untuk kalian…!!"
Setelah bersembunyi selama tiga hari di Gua Tsur, Nabi SAW dan Abu Bakar memutuskan untuk berangkat ke Madinah. Asma mempersiapkan perbekalan, makanan dan minuman untuk perjalanan beliau dan ayahnya, lalu membawanya ke Gua Tsur. Tetapi ia lupa tidak membawa tali untuk mengikatkan perbekalan tersebut ke tunggangan, karena itu ia membelah dua ikat pinggangnya. Satu potong digunakan untuk mengikat perbekalan ke tunggangan, satunya lagi dipakainya sebagai ikat pinggang. Melihat apa yang dilakukannya ini, Nabi SAW menggelarinya "Dzaatun Nithaaqain" (yang  memiliki dua ikat pinggang).
Semua peristiwa itu terjadi ketika Asma dalam keadaan hamil, bahkan suaminya, Zubair bin Awwam telah terlebih dahulu hijrah bersama kaum muslimin lainnya, sebagaimana diperintahkan Rasulullah SAW. Sungguh pengorbanan yang tidak terkira dari wanita perkasa ini. Dan semua itu dilakukannya dengan ringan dan ikhlas, karena kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Beberapa hari berlalu setelah peristiwa itu, saat itu Nabi SAW beserta Abu Bakar telah meninggalkan tenda Ummu Ma'bad, terdengar suara yang menggema seantero Makkah, suara syair yang diucapkan berulang-ulang, "Allah Penguasa Arsy melimpahkan pahala yang terbaik, dua orang yang lemah lembut lewat di tenda Ummu Ma'bad, mereka melanjutkan perjalanan setelah singgah sejenak, sungguh beruntung orang yang menyertai Nabi Muhammad (SAW), ceritakan apa yang disingkirkan Allah dari kalian, karena perbuatan orang-orang yang tidak mendapat  balasan, Bani Ka'b benar-benar menjadi hina karena anak-anak gadisnya, tanah yang subur adalah tempat duduk  bagi mereka yang percaya, tanyalah saudari kalian tentang domba dan bejananya, jika kalian tanyakan domba itu tentu akan melihatnya…"
Hampir semua penduduk Makkah keluar dari rumahnya untuk mencari siapa gerangan yang mengucapkan syair tersebut, tetapi mereka tidak bisa menemukan seorangpun. Padahal syair itu masih saja jelas terdengar, dan mereka bisa  mengikuti jejak suaranya yang berpindah-pindah. Asma binti Abu Bakar juga keluar dari rumahnya, dan ia melihat sosok laki-laki yang bergerak cepat di dataran rendah Makkah sambil melantunkan syair tersebut. Tidak berapa lama ia telah tampak di dataran tinggi Makkah, masih tetap melantunkan syair tersebut. Namun demikian hanya Asma yang melihatnya, sementara penduduk Makkah lainnya hanya menemukan jejak-jejaknya di pasir, dan juga jejak suaranya. Melihat gerakannya yang cepat, tentulah ia bukan manusia biasa, layaknya jin saja atau malaikat, Wallahu alam. Yang jelas, dari syair-syair tersebut, Asma dan orang-orang muslim yang masih tinggal di Makkah mengetahui bahwa Nabi SAW berada dalam perjalanan ke Madinah, dan berada di jarak yang aman dari pengejaran kaum Quraisy.
Beberapa hari berlalu, setelah suasana kota menjadi tenang kembali karena hijrahnya Nabi SAW dan Abu Bakar, Asma dan saudara-saudaranya menyusul hijrah ke Madinah beserta beberapa orang muslim yang masih tertinggal. Setelah beberapa hari tinggal di Madinah, ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Abdullah. Kaum muslimin, baik dari kalangan Anshar ataupun Muhajirin menyambut gembira kelahiran Abdullah bin Zubair seakan memperoleh "durian runtuh", mereka mengelu-elukannya bahkan membawanya keliling kota Madinah melewati kampung-kampung orang  Yahudi. Apa sebabnya begitu "heboh" penyambutan kelahiran bayi Asma ini?
Orang-orang Yahudi di Madinah ternyata tidak senang dengan kehadiran Nabi SAW dan kaum Muhajirin di sana. Mereka mengatakan bahwa dukun-dukun Yahudi telah menyihir orang-orang muslim tersebut sehingga mereka semua akan mandul. Karena itulah ketika Asma melahirkan putranya, kaum muslimin menyambutnya dengan gegap-gempita dan membawanya melewati kampung-kampung Yahudi untuk membuktikan bahwa apa yang mereka katakan hanyalah kebohongan semata-mata.
Asma sempat mengalami masa-masa sulit dalam kehidupannya, kemudian berbalik menjadi kelimpahan, tetapi semua itu tidak merubah kesalehannya dan ia tetap teguh memegang kebenaran. Allah memanjangkan usia Asma dan ia mengalami masa-masa fitnah, hingga saat  beralihnya kekuasaan ke tangan dinasti Bani Umayyah. Ketika ia  melahirkan putranya, Abdullah bin Zubair, dan putranya tersebut dibawa kepada Rasulullah SAW, beliau melihat suatu gambaran jalan kehidupan putranya tersebut, beliau bersabda tentang Abdullah bin Zubair, "Dia laksana domba, yang dikelilingi oleh harimau yang berbulu domba….!!"
Setelah peristiwa Karbala dan Harrah di Madinah, disusul kemudian dengan kematian Yazid bin Muawiyah, masyarakat Hijaz dan sekitarnya memba'iat putra Asma, Abdullah bin Zubair, sebagai khalifah dengan kedudukannya di kota Makkah. Sementara di Syam, Bani Umayyah mengangkat Marwan bin Hakam, kemudian digantikan oleh  putranya, Abdul Malik bin Marwan. Khalifah Abdul Malik ini membentuk pasukan besar berkekuatan 40.000 orang dengan komandannya yang bengis dan kejam, Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi, untuk menyerang Makkah, khususnya untuk membunuh Abdullah bin Zubair.
Pasukan Syam ini melakukan pengepungan kota Makkah selama berbulan-bulan sambil menyerangnya dengan manjaniq (katapel besar dengan peluru batu-batuan dan terkadang berapi), sehingga sebagian Masjidil Haram dan Ka'bah mengalami kerusakan.  Akibat pengepungan ini, sebagian besar anggota pasukan Ibnu Zubair menyerah atau membelot ke pasukan Hajjaj karena kekurangan makanan dan kelaparan. Tetapi ada juga karena berbagai tawaran kenikmatan duniawiah yang ditawarkan oleh Hajjaj.
Para pengikut yang setia mendampingi Ibnu Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma binti Abu Bakar yang telah berusia sekitar 97 tahun dan telah buta matanya, untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
Ibnu Zubair menceritakan situasi yang sedang dihadapinya itu kepada ibunya, dan berbagai kemungkinan yang terjadi pada pasukan yang dipimpinnya, yang jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma jadi teringat dengan "ramalan" Nabi SAW saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah SAW untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut.
Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma berkata, "Demi Allah, wahai anakku, engkau lebih tahu tentang dirimu. Jika engkau berada di jalan kebenaran, dan  engkau menyeru kepada kebenaran tersebut, teruskanlah langkahmu, sahabat-sahabatmu telah banyak yang gugur demi kebenaran tersebut. Janganlah engkau mau dipermainkan oleh budak-budak Bani Umayyah. Tetapi jika sebaliknya, engkau hanya menginginkan dunia, engkau adalah seburuk-buruknya orang yang mencelakakan dirimu sendiri dan juga orang-orang yang berjihad bersamamu…"
Tentu saja Abdullah bin Zubair bukan tipe yang kedua, yang hanya mementingkan kepentingan duniawiah. Ketika ia menyatakan kekhawatirannya bahwa Hajjaj akan menyalib dan menyayat-nyayat tubuhnya setelah kematiannya, dengan tegas ibu yang perkasa ini berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya kambing itu sama sekali tidak merasakan sakitnya dikuliti setelah ia disembelih. Teruskanlah langkahmu, dan mintalah petolongan kepada Allah…!!"
Abdullah bin Zubair menjadi lega, karena sesungguhnya yang dikhawatirkan adalah perasaan ibunya. Sesaat kemudian Asma berkata lagi kepada putranya, "Aku memohon kepada Allah, semoga ketabahan hatiku ini menjadi kebaikan bagimu, baik engkau yang mendahului aku menghadap Allah, atau aku yang mendahuluimu…."
Sesaat kemudian Asma berdoa, "Ya Allah, semoga ibadahnya sepanjang malam, dan puasanya sepanjang siang, serta baktinya kepada dua orang tuanya, Engkau menerimanya disertai dengan cucuran Rahmat-Mu. Ya Allah, aku serahkan segala sesuatu  tentang dirinya kepada kekuasaan-Mu, dan aku rela menerima keputusan-Mu. Ya Allah, berilah aku pahala atas segala perbuatan Abdullah bin Zubair ini, pahalanya orang-orang yang sabar dan bersyukur…."
Dengan ucapan dan doa yang dipanjatkan ibunya ini, langkah dan hati Ibnu Zubair terasa lepas, tidak ada  lagi ganjalan apapun pada dirinya untuk memperoleh kesyahidan yang didambakannya.  Mereka berpelukan, dan demi diketahuinya bahwa anaknya masih memakai baju besi, Asma memerintahkan untuk melepaskannya, sambil berkata, "Apa-apaan ini Abdullah..!! Orang yang memakai ini, hanyalah mereka yang tidak menginginkan apa yang sebenarnya engkau inginkan…!!"
Ibnu Zubairpun melepaskan baju besi yang dipakaianya. Setelah mengucapkan salam perpisahan dengan ibunya, ia bersama sisa pasukannya yang tidak  seberapa terjun menghadapi pasukan Hajjaj. Dan seperti telah diperkirakan, mereka menemui syahidnya di Tanah Haram Makkah, dan Hajjaj menyalib serta menyayat tubuhnya. Asma dengan tegar berdiri di tempat penyaliban putranya, sambil terus mendoakan ampunan bagi dirinya. Sementara itu Hajjaj mendekati Asma sambil berendah diri dan berkata, "Wahai Ibu, Amirul mukminin Abdul Malik bin Marwan memberiku wasiat untuk memperlakukan ibu dengan baik…maka, apakah ada keperluan ibu kepada kami?"
Dengan suara tegas berwibawa, Asma berkata, "Aku bukan ibumu, aku adalah ibu dari orang yang engkau salib dalam tiang karapan itu….Hanya aku ingin menyampaikan satu ucapan Rasulullah SAW kepadamu, beliau bersabda : ' Akan muncul dari Tsaqif, seorang pembohong dan seorang durjana/bengis…'  Tentang siapa pembohong itu, telah kita ketahui bersama..(yakni, Mukhtar bin  Abi Ubaid ats Tsaqafi yang mengaku sebagai nabi). Sedangkan sang durjana/bengis, sepengetahuanku  adalah  engkau orangnya….!!"
Hajjaj tidak berkutik dengan perkataan Asma ini dan ia berpaling pergi. Kemudian Asma memerintahkan untuk menurunkan jenazah anaknya dan menguburkan dengan layak. Tetapi sebagian riwayat lain menyebutkan, Hajjaj memenggal kepala Ibnu Zubair, dan mempersembahkannya kepada Abdul Malik bin Marwan di Syam.
Sebelum kewafatannya, Asma' binti Abu Bakar r.a. mewasiatkan "Jika aku meninggal dunia kelak, mandikanlah dan kafankanlah aku, serta wangikanlah aku, tetapi jangan tinggalkan wangian di kain kafanku dan jangan bawa bersamaku api." Asma' binti Abu Bakar ra. meninggal dunia beberapa malam setelah puteranya Abdullah bin Zubair diturunkan dari salib. Abdullah bin Zubair telah terbunuh pada hari Selasa, 17 Jamadil-Awal tahun 73 Hijrah.