“Berikan seorang pria semangkuk nasi dan Anda akan memberinya makanan untuk sehari. Ajarkan seorang pria memelihara padi dan Anda akan memberinya makanan seumur hidup” – Confusius
Minggu, 11 Januari 2015
Kamis, 08 Januari 2015
Review Film Temani Aku Bunda
Temani Aku Bunda
Temani aku bunda merupakan sebuah film dokumenter karya Irma Winda Lubis dan
Tedika Putri Amanda yang diproduksi oleh Yayasan Kampung Halaman. Film ini
dibuat berdasarkan kasus seorang guru yang menyuruh muridnya memberi contekan
jawaban UN kepada teman-temannya dan di dedikasikan untuk orang-orang yang
ingin berlaku jujur, namun masih dibatasi sistem pendidikan yang tidak mendukung
dan untuk merefleksikan banyak hal ketidak sesuaian dengan sistem pendidikan di
Indonesia, antara lain:
kondisi anak yang perlu
pendampingan, lemahnya guru dalam proses pendidikan, perlunya peran aktif orang
tua dalam proses belajar anaknya di sekolah.
Judul :
Temani Aku Bunda
Sutradara : Tedika
Putri Amanda dan Irma Winda Lubis
Naskah
: -
Pemain : 1. Irma Winda Lubis
2. Muhammad Abrary Pulungan
2. Muhammad Abrary Pulungan
Tahun :
2012
Durasi
: 84 menit
Film ini bercerita
tentang pengakuan seorang anak Abrar yang diperankan Muhammad Abrary
Pulungan yang merasa gelisah karena disuruh nyontek massal oleh gurunya
saat menjelang UN dan Ibunda Abrar yang diperankan oleh Irma Winda Lubis
adalah orang yang cukup getol dan terus bersemangat membawa kasus tersebut
kemana-mana untuk mencari penyelesaian.
Abrar
dikisahkan sebagai anak yang pandai dikelasnya dan selalu menuruti apa
saja yang dikatakan orang tuanya sedangkan ibunya dikisahkan sebagai seorang
ibu yang getol sekali menanmkan kejujuran pada diri anaknya.
Kisah ini
berawal ketika Abrar gelisah saat menjalani Ujian Nasional di sekolahnya dan ia
mengaku diminta gurunya untuk ikut dalam kesepakatan dalam kelas. Mereka
diperbolehkan kerjasama dan saling bertukar jawaban, dan tak boleh memberitahu
siapapun tentang kesepakatan tersebut. Terbiasa oleh pendidikan jujur dari
orang tuanya Abrar yang gelisah dengan keadaan sekolahnya melaporkan semua ini
kepada Ibunya. Mendengar cerita dari anaknya, sang Ibu, Winda tak kuasa menahan
emosi dan meminta sekolah untuk mengakui dan meminta maaf kepada pihak sekolah.
Namun pihak sekolah menutupi kasus ini. Bukannya dukungan yang di dapat,
keluarga Abrar malah dikucilkan dari masyarakat. Namun karena Winda tak merasa
pihak sekolah kooperatif, ia pun mencoba untuk mengungkap kasus tersebut dengan
mendatangi pihak-pihak terkait.
Adegan-adegan
dalam film ini dikisahkan dalam cerita-cerita yang menyayat hati. Akhir cerita
dalam film Temani Aku Bunda ini diakhiri dengan kabahagian dan meninggalkan
hikmah tersendiri, bagaimana memperjuangkan haknya untuk JUJUR dan mengajarkan
bahwa kejujuran butuh keberanian luar biasa dengan mental baja. Film ini sangat
cocok untuk anak-anak, orang tua, guru dan pemerintah.Untuk lebih jelasnya silahkan lihat trailer film Temani Aku Bunda di https://www.youtube.com/watch?v=awAnpxYGcho
Review Buku Psikologi Perkembangan Islam
Psikologi Perkembangan Islam
IDENTITAS
BUKU
Judul Buku : Psikologi Perkembangan Islami
Pengarang : Aliah B. Purwakania Hasan
Penerbit : PT Raja grafindo Persada
Tahun Terbit :2008
Jumlah Halaman : 369
Buku karangan Aliah B. Purwakania Hasan, berjudul Psikologi Perkembangan Islami
membahas psikologi dengan sudut pandang Islam dengan menggabungkan antara
ayat-ayat kauniyah dengan ayat-ayat qauliyah. Sehingga ada integrasi antara
Islam dengan psikologi modern. Hal ini dirasa perlu karena ada beberapa
perbedaan antara psikologi perkembangan modern dengan psikologi perkembangan
Islami seperi perbedaan cara pandang dan gaya hidup dan kritik
metodologi.
Buku ini berisi mengenai psikologi perkembangan islami. Ruanglingkup yang
dibahas dalam buku ini, yakni :
- Paradigma dasar psikologi perkembangan Islam. Berisi prinsip dasar psikologi perkembangan Islami, artinya pertumbuhan dan perkembangan manusia terjadi secara bertahap dan berkesinambungan. Memiliki pola-pola tertentu, ada proses yang harus terjadi.
- Faktor-faktor hereditas dalam perkembangan manusia. Faktor ini mempengaruhi intelektual dan kepribadian seseorang.
- Perkembangan manusia prakelahiran hingga pasca kematian. Yang meliputi, tahap pra kelahiran (sesuai perspektif Islam maupun perspektif modern/maupun medis)
- Perkembangan fisik selanjutnya.
- Perkembangan kognitif yang akan terus dialami hingga kematian. Terdapat 3 periode yakni awal kemampuan berfikir, pemikiran berkembang dan pemikiran kematangan.
- Perkembangan emosional manusia, bagaimana seseorang mengatur emosinya, perkembangan ekspresi emosi.
- Perkembangan sosial pada diri manusia.
- Perkembangan bahasa manusia sebagai alat bantu komunikasi sosial.
- Perkembangan peran jenis kelamin, munculnya penggolongan gender, perkembangannya dan apa peran jenis kelamin itu sendiri.
- Perkembangan moral. Berisi pentingnya menahan godaan dan berperilaku sesuai moral yang berlaku.
- Perkembangan spiritual untuk mencapai dan makna hidup.
- Kematian dan kehidupan setelah mati dengan tujuan mempersiapkan orang untuk mengerti dan menyadari kehidupan di dunia.
Untuk menuangkan paradigma tersebut, penulis melakukan
pendekatan untuk psikologi Islam adalah gabungan antara metodologi Tafsir al-Quran
dan Hadis serta metode ilmu pengetahuan modern pada umumnya denga tujuan untuk
menyampaikan pemikirannya tentang psikologi perkembangan islami ini bukanlah
sebuah kritik maupun kecaman terhadap arus-arus psikologi yang memang telah
mapan. Melainkan lebih kepada memberi wawasan Islam pada konsep-konsep
psikologi kontemporer serta memanfaatkan hasil-hasil pemikiran ahli-ahli
psikologi aliran kontemporer tersebut dalam usaha peningkatan kesejahteraan
manusia
Dengan membaca buku ini, diharapkan para calon pendidik
dapat menggunakan strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya kelak.
Serta sebagai pegangan bagi orang tua dan pendidik sebab mereka sering kurang
mau memahami anak-anak sebagai suatu individu yang unik. Kemampuan anak sering
disamaratakan dengan menuntut mereka untuk berprestasi dalam beberapa bidang
sekaligus.
ESSAY ''Permasalahan Pendidikan di Indonesia''
Permasalahan
Pendidikan di Indonesia
Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan
sejak Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga
secara umum kualitas sumberdaya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun upaya
untuk membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan
iptek, serta bermoral dan berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif
ringan. Hal ini di sebabkan dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai
masalah internal yang cukup mendasar dan bersifat kompleks. Akan tetapi
berdasarkan kenyataan sekarang ini, pendidikan di Indonesia mengalami 2 masalah
pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan, yakni: bagaimana semua
warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan dan bagaimana pendidikan
dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat
terjun kedalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Banyak dari
warga Indonesia belum bisa menikmati pendidikan yang layak. Banyak hal faktor
yang mempengaruhinya, diantaranya: biaya pendidikan yang mahal, hal ini
dikarenakan tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai
sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan
Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu
disyaratkan adanya unsur pengusaha. Waulaupun dalam kenyataatnya ada BOS,
Pemerataan Pendidikan yang kurang merata. Masalah pemerataan pendidikan timbul
apabila masih banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat
di tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas
pendidikan yang tersedia. Padahal dalam UUD 1945 bab XI pasal 17 berbunyi: “Tiap-tiap
warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama diterima menjadi murid
suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan
pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.” Namun teori ini sangat bertolak belakang
dengan kenyataan yang ada saat ini. Banyak dari mereka yang tidak memilki hak
yang sama antara yang satu dengan ang lainnya. Seperti halnya, banyak
pendidikan sekarang ini lebih mementingkan seseorang yang memilki
kedudukan,dll. Masalah pemerataan pendidikan di Indonesia biasanya yang sering
terjadi pada Pendidikan Dasar karena kesempatan memperoleh pendidikannya masih
terbatasNamun melihat maslah pemerataan pendidikan diatas, ada beberapa solusi
yang bisa menanggulangi hal tersebut, diantaranya: dengan cara inovit, dimana
cara ini menggunakan sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua,
dan guru) atau inpact sistem dan diaplikasikan ke beberapa provinsi, seperti:
SD kecil pada daerah terpencil, Sistem guru kunjung, SMP terbuka, kejar paket A
dan B, dan belajar jarak jauh, seperti di universitas terbuka.
Masalah
mutu, efisiensi dan relevansi pendidikan merupakan faktor yang lain. Masalah
mutu pendidikan akan timbul apabila hasil pendidikan belum mencapai taraf yang
diharapkan. Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui
proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit
diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu dan yang menjadi pokok
permasalah mutu pendidikan ini terletak pada pemprosesan pendidikan, dimana
menyangkut komponen pendidikan antara lain anak didik, pendidik, tenaga
kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran, dan juga masyarakat sekitar.
Namun dari komponen-kompenen tersebut banyak yang belum bisa diharapkan
diantaranya mengenai sarana dan prasarana serata pendidik. Di lembaga-lembaga
pendidikan formal maupun non formal banyak sarana dan prasarana yang belum
memadai seperti gedung rusak, kurangnya laboraturium, kelas, tidak memiliki
perpustakaan, gedung bahkan laboratutium. Hal ini sangat memprihatikan, padahal
sarana dan prasaran begian penting untuk menunjang dalam proses pembelajaran.
Seperti halnya UMY, sarana dan prasarana dalaam kampus ini sangat kuarang
memadai padahal jumlah mahasiswanya banyak dan hal ini sangat tidak sebanding,
seharusnya jumalah siswanya banyak sarana dan prasarana harus ditingkatkan
seperti membangun gedung kuliah baru, kelas yang kondusif, dll. Selain itu,
keadaan guru di Indonesia sangat memprihatinkan karena kebanyakan guru belum
memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya dan banyak
yang dinytakan tidak layak mengajar. Selain itu banyak penempatan guru yang
tidak sesuai dengan bidang studinya, sehingga mengalami kepincangan dan
sulitnya menjaring tenaga pendidik di daerah yang terpencil. Kemudian masalah
pengembanagan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khususnya
pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru. Setiap pembaruan kurikulum menuntut
adanya penyesuaian dari para pelaksana lapangan. Dapat dikatakan umumnya
penanganan pengembanagn tenaga pelaksana di lapangan sangat lambat. Padahal
proses pembekalan untuk dapat siap melaksanakan kurikulum baru sangat memakan
waktu. Akibatnya terjadi kesenjangan antara saat di rencanakan berlakunya
kurikulum dengan saat mulai dilaksanakan.dan pendidikan berlangsung kurang
efisien dan efektif. Berdasarkan data diatas, solusi yang bisa diambil adalah
pengembangan tenaga pendidikan, sarana dan prasaran yang menciptakan lingkungan
yang tenteram untuk belajar, seleksi yang lebih rasional dalam memasuki lembaga
pendidikan, dll.
Masalah
relevansi pendidikan timbul karena tidak sesuainya sistem pendidikan dengan
pembangunan nasional setara kebutuhan perorangan, keluarga, dan masyarakat,
baik dalam jangka pendek, maupun dalam jangka panjang. Hal tersebut dapat
dilihat angka pengangguran anak setelah lulus dari sekolah. Setiap tahunnya
jumlah pengangguran dan anak putus sekolah semakin bertamabah bahkan banyak anak
tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan
tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia
kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap
keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
Berdasarkan seluruh
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas
pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan
kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab
utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih
kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya, seperti:
rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana dan prasarana, mahalnya biaya pendidikan,
rendahnya relevansi pendidikan, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
dsb. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak
semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikannya terlebih dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan
berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan
mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia
internasional.
tulisan bebas ''Kisah ASMA BINTI ABU BAKAR''
ASMA
BINTI ABU BAKAR

Semenjak permulaan Islam, Asma' telah banyak membantu
perjuangan Nabi s.a.w bersama ayahnya. Ketika Rasulullah s.a.w dan Abu Bakar
r.a dikejar oleh kaum kafir Quraisy, kedua-duanyanya bersembunyi di gua Thur
selama 3 hari, maka pada waktu petang Asma' binti Abu Bakar berseorangan diri
telah datang ke tempat persembunyian itu untuk membawa makanan dan minuman
untuk Nabi s.a.w dan ayahnya Abu Bakar r.a.
Kaum Quraisy yang kehilangan jejak mereka berdua mendatangi
rumah Abu Bakar, begitu pintu dibuka oleh Asma binti Abu Bakar, Abu Jahal
berkata, "Dimana ayahmu??"
"Demi Allah, aku tidak tahu dimana ayahku
berada…!!" Kata Asma.
Abu Jahal sangat marah dengan jawaban singkat ini, ia
mengangkat tangannya dan menampar dengan keras pipi Asma sehingga
anting-antingnya terlepas. Setelah itu mereka berlalu dan memerintahkan untuk
memblokade semua jalan keluar dari
Makkah.
Tidak lama kemudian, kakeknya Abu Quhafah, ayah dari Abu
Bakar, mendatangi cucunya tersebut karena ia mendengar kalau Abu Bakar telah
meninggalkan Kota Makkah. Ia khawatir kalau cucu-cucunya terlantar setelah
ditinggal pergi ayahnya. Ia menanyakan kepada Asma tentang harta yang
ditinggalkan untuk biaya kehidupan mereka. Asma sangat memahami kekhawatiran
yang dirasakan oleh kakeknya ini, dan sebenarnyalah Abu Bakar telah membawa
hampir semua harta kekayaannya sebanyak 6.000 dirham. Karena ia bersiasat untuk
menenangkan hati kakeknya. Ia meletakkan batu kerikil di lubang penyimpanan
uang ayahnya dan menutupinya dengan kain. Setelah itu ia menuntun kakeknya yang
telah buta tersebut dan meletakkan tangannya di lubang penyimpanan uang sambil
berkata, "Inilah harta yang ditinggalkan untuk kami, Kakek!!"
Abu Quhafah meraba kerikil yang tertutup kain dalam lubang
penyimpanan, dan menganggapnya sebagai
uang dirham yang cukup banyak.
Karena itu ia berkata, "Baguslah kalau ia meninggalkan ini untuk
kalian…!!"
Setelah bersembunyi selama tiga hari di Gua Tsur, Nabi SAW
dan Abu Bakar memutuskan untuk berangkat ke Madinah. Asma mempersiapkan
perbekalan, makanan dan minuman untuk perjalanan beliau dan ayahnya, lalu
membawanya ke Gua Tsur. Tetapi ia lupa tidak membawa tali untuk mengikatkan
perbekalan tersebut ke tunggangan, karena itu ia membelah dua ikat pinggangnya.
Satu potong digunakan untuk mengikat perbekalan ke tunggangan, satunya lagi
dipakainya sebagai ikat pinggang. Melihat apa yang dilakukannya ini, Nabi SAW
menggelarinya "Dzaatun Nithaaqain" (yang memiliki dua ikat pinggang).
Semua peristiwa itu terjadi ketika Asma dalam keadaan hamil,
bahkan suaminya, Zubair bin Awwam telah terlebih dahulu hijrah bersama kaum
muslimin lainnya, sebagaimana diperintahkan Rasulullah SAW. Sungguh pengorbanan
yang tidak terkira dari wanita perkasa ini. Dan semua itu dilakukannya dengan
ringan dan ikhlas, karena kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Beberapa hari berlalu setelah peristiwa itu, saat itu Nabi
SAW beserta Abu Bakar telah meninggalkan tenda Ummu Ma'bad, terdengar suara
yang menggema seantero Makkah, suara syair yang diucapkan berulang-ulang,
"Allah Penguasa Arsy melimpahkan pahala yang terbaik, dua orang yang lemah
lembut lewat di tenda Ummu Ma'bad, mereka melanjutkan perjalanan setelah
singgah sejenak, sungguh beruntung orang yang menyertai Nabi Muhammad (SAW),
ceritakan apa yang disingkirkan Allah dari kalian, karena perbuatan orang-orang
yang tidak mendapat balasan, Bani Ka'b
benar-benar menjadi hina karena anak-anak gadisnya, tanah yang subur adalah
tempat duduk bagi mereka yang percaya,
tanyalah saudari kalian tentang domba dan bejananya, jika kalian tanyakan domba
itu tentu akan melihatnya…"
Hampir semua penduduk Makkah keluar dari rumahnya untuk
mencari siapa gerangan yang mengucapkan syair tersebut, tetapi mereka tidak
bisa menemukan seorangpun. Padahal syair itu masih saja jelas terdengar, dan
mereka bisa mengikuti jejak suaranya
yang berpindah-pindah. Asma binti Abu Bakar juga keluar dari rumahnya, dan ia
melihat sosok laki-laki yang bergerak cepat di dataran rendah Makkah sambil
melantunkan syair tersebut. Tidak berapa lama ia telah tampak di dataran tinggi
Makkah, masih tetap melantunkan syair tersebut. Namun demikian hanya Asma yang
melihatnya, sementara penduduk Makkah lainnya hanya menemukan jejak-jejaknya di
pasir, dan juga jejak suaranya. Melihat gerakannya yang cepat, tentulah ia
bukan manusia biasa, layaknya jin saja atau malaikat, Wallahu alam. Yang jelas,
dari syair-syair tersebut, Asma dan orang-orang muslim yang masih tinggal di
Makkah mengetahui bahwa Nabi SAW berada dalam perjalanan ke Madinah, dan berada
di jarak yang aman dari pengejaran kaum Quraisy.
Beberapa hari berlalu, setelah suasana kota menjadi tenang
kembali karena hijrahnya Nabi SAW dan Abu Bakar, Asma dan saudara-saudaranya
menyusul hijrah ke Madinah beserta beberapa orang muslim yang masih tertinggal.
Setelah beberapa hari tinggal di Madinah, ia melahirkan seorang bayi laki-laki
yang diberi nama Abdullah. Kaum muslimin, baik dari kalangan Anshar ataupun
Muhajirin menyambut gembira kelahiran Abdullah bin Zubair seakan memperoleh
"durian runtuh", mereka mengelu-elukannya bahkan membawanya keliling
kota Madinah melewati kampung-kampung orang
Yahudi. Apa sebabnya begitu "heboh" penyambutan kelahiran bayi
Asma ini?
Orang-orang Yahudi di Madinah ternyata tidak senang dengan
kehadiran Nabi SAW dan kaum Muhajirin di sana. Mereka mengatakan bahwa
dukun-dukun Yahudi telah menyihir orang-orang muslim tersebut sehingga mereka
semua akan mandul. Karena itulah ketika Asma melahirkan putranya, kaum muslimin
menyambutnya dengan gegap-gempita dan membawanya melewati kampung-kampung
Yahudi untuk membuktikan bahwa apa yang mereka katakan hanyalah kebohongan
semata-mata.
Asma sempat mengalami masa-masa sulit dalam kehidupannya,
kemudian berbalik menjadi kelimpahan, tetapi semua itu tidak merubah
kesalehannya dan ia tetap teguh memegang kebenaran. Allah memanjangkan usia
Asma dan ia mengalami masa-masa fitnah, hingga saat beralihnya kekuasaan ke tangan dinasti Bani
Umayyah. Ketika ia melahirkan putranya,
Abdullah bin Zubair, dan putranya tersebut dibawa kepada Rasulullah SAW, beliau
melihat suatu gambaran jalan kehidupan putranya tersebut, beliau bersabda
tentang Abdullah bin Zubair, "Dia laksana domba, yang dikelilingi oleh
harimau yang berbulu domba….!!"
Setelah peristiwa Karbala dan Harrah di Madinah, disusul
kemudian dengan kematian Yazid bin Muawiyah, masyarakat Hijaz dan sekitarnya
memba'iat putra Asma, Abdullah bin Zubair, sebagai khalifah dengan kedudukannya
di kota Makkah. Sementara di Syam, Bani Umayyah mengangkat Marwan bin Hakam,
kemudian digantikan oleh putranya, Abdul
Malik bin Marwan. Khalifah Abdul Malik ini membentuk pasukan besar berkekuatan
40.000 orang dengan komandannya yang bengis dan kejam, Hajjaj bin Yusuf ats
Tsaqafi, untuk menyerang Makkah, khususnya untuk membunuh Abdullah bin Zubair.
Pasukan Syam ini melakukan pengepungan kota Makkah selama
berbulan-bulan sambil menyerangnya dengan manjaniq (katapel besar dengan peluru
batu-batuan dan terkadang berapi), sehingga sebagian Masjidil Haram dan Ka'bah
mengalami kerusakan. Akibat pengepungan
ini, sebagian besar anggota pasukan Ibnu Zubair menyerah atau membelot ke
pasukan Hajjaj karena kekurangan makanan dan kelaparan. Tetapi ada juga karena
berbagai tawaran kenikmatan duniawiah yang ditawarkan oleh Hajjaj.
Para pengikut yang setia mendampingi Ibnu Zubair makin
sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau
meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi
taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma binti Abu Bakar yang telah
berusia sekitar 97 tahun dan telah buta matanya, untuk mendiskusikan masalah
yang dihadapinya.
Ibnu Zubair menceritakan situasi yang sedang dihadapinya itu
kepada ibunya, dan berbagai kemungkinan yang terjadi pada pasukan yang
dipimpinnya, yang jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya
tersebut, Asma jadi teringat dengan "ramalan" Nabi SAW saat
melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah SAW untuk putranya,
dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut.
Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh
memegang kebenaran, Asma berkata, "Demi Allah, wahai anakku, engkau lebih
tahu tentang dirimu. Jika engkau berada di jalan kebenaran, dan engkau menyeru kepada kebenaran tersebut,
teruskanlah langkahmu, sahabat-sahabatmu telah banyak yang gugur demi kebenaran
tersebut. Janganlah engkau mau dipermainkan oleh budak-budak Bani Umayyah.
Tetapi jika sebaliknya, engkau hanya menginginkan dunia, engkau adalah
seburuk-buruknya orang yang mencelakakan dirimu sendiri dan juga orang-orang
yang berjihad bersamamu…"
Tentu saja Abdullah bin Zubair bukan tipe yang kedua, yang
hanya mementingkan kepentingan duniawiah. Ketika ia menyatakan kekhawatirannya
bahwa Hajjaj akan menyalib dan menyayat-nyayat tubuhnya setelah kematiannya,
dengan tegas ibu yang perkasa ini berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya
kambing itu sama sekali tidak merasakan sakitnya dikuliti setelah ia
disembelih. Teruskanlah langkahmu, dan mintalah petolongan kepada
Allah…!!"
Abdullah bin Zubair menjadi lega, karena sesungguhnya yang
dikhawatirkan adalah perasaan ibunya. Sesaat kemudian Asma berkata lagi kepada
putranya, "Aku memohon kepada Allah, semoga ketabahan hatiku ini menjadi
kebaikan bagimu, baik engkau yang mendahului aku menghadap Allah, atau aku yang
mendahuluimu…."
Sesaat kemudian Asma berdoa, "Ya Allah, semoga
ibadahnya sepanjang malam, dan puasanya sepanjang siang, serta baktinya kepada
dua orang tuanya, Engkau menerimanya disertai dengan cucuran Rahmat-Mu. Ya
Allah, aku serahkan segala sesuatu tentang
dirinya kepada kekuasaan-Mu, dan aku rela menerima keputusan-Mu. Ya Allah,
berilah aku pahala atas segala perbuatan Abdullah bin Zubair ini, pahalanya
orang-orang yang sabar dan bersyukur…."
Dengan ucapan dan doa yang dipanjatkan ibunya ini, langkah
dan hati Ibnu Zubair terasa lepas, tidak ada
lagi ganjalan apapun pada dirinya untuk memperoleh kesyahidan yang
didambakannya. Mereka berpelukan, dan
demi diketahuinya bahwa anaknya masih memakai baju besi, Asma memerintahkan
untuk melepaskannya, sambil berkata, "Apa-apaan ini Abdullah..!! Orang yang
memakai ini, hanyalah mereka yang tidak menginginkan apa yang sebenarnya engkau
inginkan…!!"
Ibnu Zubairpun melepaskan baju besi yang dipakaianya.
Setelah mengucapkan salam perpisahan dengan ibunya, ia bersama sisa pasukannya
yang tidak seberapa terjun menghadapi
pasukan Hajjaj. Dan seperti telah diperkirakan, mereka menemui syahidnya di
Tanah Haram Makkah, dan Hajjaj menyalib serta menyayat tubuhnya. Asma dengan
tegar berdiri di tempat penyaliban putranya, sambil terus mendoakan ampunan
bagi dirinya. Sementara itu Hajjaj mendekati Asma sambil berendah diri dan
berkata, "Wahai Ibu, Amirul mukminin Abdul Malik bin Marwan memberiku
wasiat untuk memperlakukan ibu dengan baik…maka, apakah ada keperluan ibu
kepada kami?"
Dengan suara tegas berwibawa, Asma berkata, "Aku bukan
ibumu, aku adalah ibu dari orang yang engkau salib dalam tiang karapan
itu….Hanya aku ingin menyampaikan satu ucapan Rasulullah SAW kepadamu, beliau
bersabda : ' Akan muncul dari Tsaqif, seorang pembohong dan seorang
durjana/bengis…' Tentang siapa pembohong
itu, telah kita ketahui bersama..(yakni, Mukhtar bin Abi Ubaid ats Tsaqafi yang mengaku sebagai
nabi). Sedangkan sang durjana/bengis, sepengetahuanku adalah
engkau orangnya….!!"
Hajjaj tidak berkutik dengan perkataan Asma ini dan ia
berpaling pergi. Kemudian Asma memerintahkan untuk menurunkan jenazah anaknya
dan menguburkan dengan layak. Tetapi sebagian riwayat lain menyebutkan, Hajjaj
memenggal kepala Ibnu Zubair, dan mempersembahkannya kepada Abdul Malik bin
Marwan di Syam.
Sebelum kewafatannya, Asma' binti Abu Bakar r.a. mewasiatkan
"Jika aku meninggal dunia kelak, mandikanlah dan kafankanlah aku, serta
wangikanlah aku, tetapi jangan tinggalkan wangian di kain kafanku dan jangan
bawa bersamaku api." Asma' binti Abu Bakar ra. meninggal dunia beberapa
malam setelah puteranya Abdullah bin Zubair diturunkan dari salib. Abdullah bin
Zubair telah terbunuh pada hari Selasa, 17 Jamadil-Awal tahun 73 Hijrah.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)